KKP Siapkan Aplikasi Alboom untuk Dukung Ekonomi Biru
Sabtu, 6 November 2021
JAKARTA (6/11) - Fenomena Harmful Algal Blooms (HABs) atau pasang merah merupakan peristiwa meledaknya populasi fitoplankton di perairan secara cepat dan masif, yang dapat menimbulkan berbagai masalah seperti kematian massal organisme akuatik, penurunan kualitas perairan, dan keracunan pada manusia akibat mengonsumsi organisme akuatik yang terpapar HABs. Frekuensi kejadian HABs di Indonesia semakin meningkat dan menyebabkan kerugian lingkungan, ekonomi, wisata, maupun permasalahan kesehatan masyarakat yang tidak sedikit.
Salah satu subsektor perikanan yang terdampak langsung HABs yaitu budidaya ikan akibat kematian massal ikan budidaya dalam skala besar. Selain itu, kejadian keracunan setelah mengonsumsi seafood yang terkontaminasi racun dari plankton penyebab HABs juga sangat sering terjadi. Meskipun potensi negatif HABs telah berdampak pada beragam aspek sosial, ekonomi sampai dengan lingkungan, tetapi upaya pencegahan dan mitigasinya belum banyak dilakukan, khususnya dalam aspek sistem peringatan dini kejadian HABs untuk meminimalisir atau mengurangi efek kerusakannya.
Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) melalui kerja sama riset antara Pusat Riset Perikanan (Pusriskan) dengan Pusat Riset Informatika (PRI), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Future University Hakodate, Jepang telah berhasil membuat suatu terobosan baru dalam upaya antisipasi dampak negatif dari kejadian HABs di Indonesia, yaitu melalui pengembangan aplikasi peringatan dini “Alboom” yang merupakan singkatan dari algae bloom monitoring system.
Kerja sama riset antara Puariskan-BRSDM, PRI-BRIN, dan Future University Hakodate sendiri telah terlaksana sejak 2017 dan akan berakhir pada 2022. Kerja sama ini dikenal juga dengan nama Science and Technology Research Partnership for Sustainable Development (SATREPS) Mariculture. SATREPS Mariculture ini berfokus pada penggunaan big data untuk mengembangkan sistem pengambilan keputusan/decision support system (DSS) untuk optimasi budidaya laut dan perikanan tangkap.
Alboom merupakan aplikasi yang melibatkan masyarakat pesisir secara aktif sebagai science citizen untuk saling berbagi informasi mengenai kejadian HABs di daerahnya masing-masing. Model partisipasi masyarakat ini menjadi komponen utama dalam pengembangan dan menjamin keakuratan suatu sistem DSS, termasuk DSS untuk perikanan budidaya dan perikanan tangkap. Informasi dan dokumentasi yang dikumpulkan oleh masyarakat tersebut akan sangat membantu dalam memetakan kejadian, distribusi, peyebab kejadian, dan precursor HABs.
Manfaat spesifik dari aplikasi Alboom adalah dapat digunakan sebagai satu sistem peringatan dini bagi masyarakat pada umumnya dan pembudidaya ikan pada khususnya di lokasi kejadian HABs. Manfaat Alboom secara nasional adalah dapat menyediakan basis data riwayat dan real/near real time kejadian HABs di seluruh Indonesia yang sampai saat ini belum tersedia. Di tengah euforia era digital saat ini dan semangat untuk saling berbagi informasi dengan sesama, upaya ini akan dapat bermanfaat untuk mendukung program pengembangan perikanan budidaya di Indonesia serta perbaikan pengelolaan lingkungan perairan yang berkelanjutan.
Kerja sama SATREPS Mariculture ini didukung oleh delapan lembaga dari Jepang termasuk diantaranya Future University Hakodate dan sembilan institusi dari Indonesia. Kerja sama ini mendapat dukungan dana hibah dari Japan International Cooperation Agency (JICA) dan Japan Science and Technology Agency (JST) serta pendanaan APBN dari Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Program SATREPS Mariculture saat ini telah memasuki tahap akhir pengembangan sistem sensor real time. Sistem sensor tersebut dapat berfungsi sebagai akuisisi data kualitas air dan cuaca untuk perikanan budidaya, prediksi stok ikan dan daerah penangkapan untuk perikanan tangkap, DSS Mariculture terintegrasi dengan sub DSS perikanan tangkap, aplikasi sistem peringatan dini HABs, prediksi kematian ikan, serta optimasi manajemen on farm dengan memanfaatkan teknologi internet of things (IoT), smart dashboard, aplikasi e-learning dan training berbasis operasi open source OpenEdx.
Untuk mendukung pengembangan aplikasi Alboom tersebut, Pusriskan bekerjasama dengan PRI-BRIN, telah melaksanakan acara General Lecture dan Training Workshop Aplikasi Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT) di Sektor Perikanan tentang Sistem Peringatan Dini untuk HABs pada Oktober 2021 ini. Kegiatan tersebut terlaksana guna mendiseminasikan pemanfaatan ICT khususnya untuk sistem peringatan dini HABs serta pelibatan partisipasi aktif masyarakat sebagai science citizen dalam upaya mitigasi HABs di Indonesia.
Plt. Kepala BRSDM, Kusdiantoro dalam pesannya, menyampaikan agar produk teknologi informasi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat kelautan dan perikanan untuk tujuan pengelolaan yang berkelanjutan Hal ini berkaca pada pemahaman masyarakat yang masih rendah akan bahaya HABs yang dapat berdampak pada kematian ikan yang menjadi sumber pangan. Untuk itu perlu adanya sosialisasi untuk menyebarluaskan informasi kepada masyarakat.
Dengan teknologi, optimalisasi sumber daya ikan dapat terlaksana dengan baik, dalam rangka mendukung program prioritas Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang digaungkan Menteri Sakti Wahyu Trenggono, yakni penerapan kebijakan penangkapan ikan terukur di setiap WPPNRI untuk keberlanjutan ekologi, peningkatan kesejahteraan nelayan, dan peningkatan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional; pengembangan budidaya perikanan untuk peningkatan ekspor yang didukung hasil riset kelautan dan perikanan, dimana terdapat empat komoditas unggulan di pasar global yaitu udang, lobster, kepiting dan rumput laut; serta pembangunan kampung perikanan budidaya berbasis kearifan lokal di perairan tawar, payau dan laut untuk pengentasan kemiskinan dan menjaga keberlanjutan ikan-ikan lokal khususnya yang bernilai ekonomi tinggi.
Hal tersebut juga sejalan dengan pengelolaan kelautan dan perikanan berbasis ekonomi biru, yang mengedepankan keberlanjutan dan menjaga laut tetap sehat, sehingga kegiatan kelautan dan perikanan dapat melalukan secara berkelanjutan.
Diharapkan seluruh lapisan masyarakat kelautan dan perikanan dapat berperan aktif dalam memperkuat upaya mitigasi kejadian HABs di pesisir, khususnya di subsektor perikanan budidaya dan perikanan tangkap dengan berpartisipasi dalam pengembangan dan pembangunan basis data kejadian HABs di Indonesia melalui aplikasi Alboom. Informasi terkait Alboom dapat diakses melalui situs web di alamat http://alboom.mict.id/gltw-2021.
HUMAS BRSDM
KKP WEB BPPSDMKP
JL. Medan Merdeka Timur No.16 Jakarta Pusat
Telp. (021) 3519070 EXT. 7433 – Fax. (021) 3864293
Email: humas.kkp@kkp.go.id
Call Center KKP: 141