Sukseskan Perikanan Budidaya melalui Pelatihan Pembesaran Nila Sistem Bioflok
Jumat, 8 Oktober 2021
JAKARTA (8/10) - Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) terus berupaya meningkatkan kapasitas sumber daya manusia (SDM) pada subsektor perikanan budidaya dalam rangka mendukung program prioritas Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) 2021-2024, yang digaungkan Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono, yakni pengembangan kampung-kampung perikanan budidaya berbasis kearifan lokal.
Atas dasar tersebut, Pusat Pelatihan dan Penyuluhan KP (Puslatluh KP)-BRSDM melalui Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BPPP) Ambon, menyelenggarakan Pelatihan Pembesaran Ikan Nila Sistem Bioflok, pada 7 Oktober 2021. Kegiatan ini terselenggara secara hybrid dan dibuka oleh Anggota Komisi IV DPR RI Dapil Provinsi Maluku Utara, Alien Mus.
Dalam sambutannya, Plt. Kepala BRSDM, Kusdiantoro, menuturkan bahwa optimalisasi potensi perikanan budidaya merupakan salah satu arah kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan untuk meningkatkan kontribusi ekonomi sektor kelautan dan perikanan terhadap perekonomian nasional dan peningkatan kelestarian sumber daya kelautan dan perikanan. Di samping itu, melalui pelatihan ini Kusdiantoro juga berharap dapat meningkatkan kemampuan serta perekonomian masyarakat kelautan dan perikanan.
“Melalui pelatihan ini kita berharap dapat membangun SDM yang bekerja keras, dinamis, terampil, dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, guna mendukung pula program prioritas KKP, yakni pengembangan perikanan budidaya untuk ekspor didukung riset kelautan dan perikanan," ucap Kusdiantoro.
"Pelatihan ini juga merupakan salah satu upaya pemenuhan kebutuhan ikan di Maluku Utara, khususnya di Halmahera Barat dan Halmahera Utara. Meskipun kegiatan penangkapan sudah cukup baik, namun kebutuhan semakin meningkat dan budidaya merupakan upaya untuk menyediakan ikan dalam waktu yang cepat," lanjutnya.
Selain itu disampaikan, dengan mengadaptasi sistem bioflok, dapat menumbuhkan mikroorganisme yang berguna bagi ikan. Dengan adanya mikroorganisme yang tumbuh di kolam, maka terciptalah sumber pangan alami dengan protein tinggi yang sangat bermanfaat bagi ikan. Tentu hal tersebut akan mengurangi penggunaan pakan yang harus diberikan oleh pembudidaya. Semakin kecil jumlah pakan yang harus diberikan, maka nilai food conversion ration (FCR) atau perbandingan berat pakan dengan berat total ikan akan lebih kecil. Dibandingkan kolam konvensional, kolam bioflok mampu menampung jumlah 10x lipat jumlah ikan.
"Tentu saja hal ini sangat menguntungkan karena selain tidak banyak memakan tempat, teknologi ini tetap dapar meningkatkan pendapatan pembudidaya secara signifikan. Oleh karena itu, sistem bioflok dibutuhkan sebagai suatu solusi untuk mengatasi masalah dalam keterbatasan lahan, air dan pakan. Melalui budidaya ikan sistem bioflok ini, diharapkan dapat menjadi salah satu inovasi teknologi yang diperkenalkan kepada masyarakat sebagai salah satu solusi menghadapi tantangan pertumbuhan ekonomi dan ketahanan pangan ke depan," terang Kusdiantoro.
Sebagai informasi, saat ini KKP juga memiliki produk unggulan berupa ikan nila Srikandi (Salinity Resistant Improvement Tilapia from Sukamandi), yang merupakan strain ikan nila unggul hasil persilangan antara nila Nirwana dan nila Biru. Nila Srikandi mempunyai karakter tumbuh cepat di perairan payau (salinitas 10-30 ppt).
Sementara itu, Alien Mus menuturkan bahwa melalui pelatihan budidaya juga dapat mengurangi stunting di Provinsi Maluku Utara serta memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk tetap mengonsumsi ikan saat tangkapan berkurang dan kondisi alam atau cuaca tidak memungkinkan untuk melaut.
"Ada waktu-waktu tertentu ikan itu sangat susah dan ikan itu sangat mahal harganya sehingga daya beli masyarakat juga malah beralih ke protein lain. Susahnya mendapat ikan sering disebabkan karena iklim dan cuaca tertentu. Dengan budidaya ikan nila ini menjadi suatu solusi agar masyarakat dapat tetap terus mengonsumsi ikan," jelasnya.
Adanya pelatihan ini juga sebagai bentuk dukungan KKP dalam merealisasikan program nasional Lumbung Ikan Nasional (LIN) di Maluku dan Maluku Utara.
Alien Mus juga berharap agar Kabupaten Halmahera Utara dan juga di Kabupaten Halmahera Barat dapat menjadi wilayah percontohan budidaya ikan dengan sistem bioflok di Maluku Utara.
Kegiatan pelatihan diikuti 100 orang pembudidaya yang berasal dari Kabupaten Halmahera Utara dan Halmahera. Turut hadir dalam kesempatan tersebut, Lilly Aprilya Pregiwati, Kepala Pusat Pelatihan dan Penyuluhan KP; Abubakar, Kepala BPPP Ambon; Victor Mangumbulude, Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Halmahera Utara; Agustinus H. Maholle, Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Halmahera Barat; Widyaiswara dan Instruktur BPPP Ambon, serta para Penyuluh Pendamping satminkal BPPP Ambon
Sebelumnya, dalam kunjungan ke Maluku, 7 Oktober 2021, Menteri Trenggono menuturkan bahwa perikanan budidaya merupakan solusi saat hasil penangkapan di alam mulai berkurang. Namun pelaksanaannya harus tetap memerhatikan kelestarian lingkungan, sehingga kegiatan budidaya yang tujuannya menjadi solusi pemenuhan kebutuhan masyarakat akan produk perikanan, tidak mengancam ekosistem perairan di sekitarnya.
HUMAS BRSDM
KKP WEB BPPSDMKP
JL. Medan Merdeka Timur No.16 Jakarta Pusat
Telp. (021) 3519070 EXT. 7433 – Fax. (021) 3864293
Email: humas.kkp@kkp.go.id
Call Center KKP: 141