SIARAN PERS
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
NOMOR: SP.299/SJ.5/IV/2022
JAKARTA (23/4) - Sidoarjo merupakan kabupaten yang mempunyai potensi lahan budidaya tambak terbesar kedua di Provinsi Jawa Timur setelah Kabupaten Gresik. Dengan potensi lahan budidaya tambak di Kabupaten Sidoarjo sebesar 15.513 hektare. Lahan budidaya tambak terbesar, salah satunya terletak di Kecamatan Jabon. Yang menarik di Kecamatan Jabon mempunyai keunggulan spesifik komoditas rumput laut jenis Glacilaria yang bisa tumbuh dan berkembang di wilayah tambak . Oleh karenanya, Kementerian Kelauatan dan Perikanan (KKP), melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) bakal membuat suatu model kampung budidaya rumput laut di Kabupaten Sidoarjo. Hal ini ditegaskan oleh Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Tb Haeru Rahayu.
Menurutnya, upaya dicanangkannya kampung budidaya rumput laut di Sidoarjo untuk memberdayakan tambak-tambak tradisional yang sudah tidak dapat lagi berproduksi seperti di Dusun Tanjungsari, Desa Kupang, Kecamatan Jabon. Maka dari itu, saat ini masyarakat di Kecamatan Jabon secara masif mengembangkan rumput laut jenis Gracilaria. Kurang lebih 99% masyakarat di Kecamatan Jabon berdasarkan informasi yang diperoleh, penghasilan utamanya dari budidaya rumput laut. Dan rumput laut jenis Gracilaria sendiri sangat potensial baik untuk pasar dalam negeri maupun ekspor. “Dasar dari ini lah makanya kami mencetuskan untuk membuat kampung budidaya rumput laut di Sidoarjo,” tegas Dirjen yang akrab disapa Tebe ini.
Ditambah lagi, kelompok pembudidaya rumput laut di Kecamatan Jabon ini telah banyak yang berhasil mengembangkan budidaya rumput laut jenis Gracilaria. Jenis rumput laut yang biasa disebut "agar-agar" ini bahkan telah berhasil dikembangkan menjadi berbagai jenis varian produk olahan makanan. ”Ini menambah keyakinan kita bersama bahwa program kampung budidaya rumput laut di Kecamatan Jabon nantinya akan bisa berjalan dengan baik,” tambah Tebe.
Adapun rumput laut Gracilaria sendiri merupakan salah satu alga merah penghasil agar-agar dengan kandungan agar yang dapat berfungi sebagai pengental dan pengemulsi makanan, obat-obatan, kosmetik, kertas, dan lainnya. Serta kebutuhan agar dunia terus meningkat setiap tahunnya. “Usaha sangat potensial, ditambah lagi naiknya permintaan produk rumput laut Gracilaria dan dibarengi dengan harga yang tinggi. Tentu saja ini akan memicu masyarakat untuk menggeluti usaha ini,” ujar Tebe.
Bukan itu saja, Gracilaria dapat dibudidayakan secara polikultur, salah satunya dengan ikan bandeng, dibudidayakan dalam 1 tambak, tentunya menjadi nilai tambah bagi pembudidaya. Tambak-tambak idle yang sudah tidak lagi produktif, kita geser menjadi tambak ikan nila salin atau rumput laut. “Kampung budidaya rumput laut ini akan jadi pionir, dan harapannya nanti bisa ditiru oleh kecamatan lainnya,” ujar Tebe lagi.
Untuk itu, menurut Tebe berbagai dukungan terus didorong untuk mempercepat pengembangannya di berbagai daerah. Melalui UPT Ditjen Perikanan Budidaya, salah satunya Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar, telah lama berhasil melakukan perbaikan jenis melalui kultur jaringan khusus untuk Gracilaria. Dengan keberhasilan kultur jaringan Gracilaria ini, nanti akan ada perbaikan kualitas bibit yang lebih unggul dan adaptif. Dengan demikian tingkat produktivitasnya bisa lebih tinggi lagi. “Mudah-mudahan apa yang kita canangkan kampung budidaya rumput laut dapat segera terealisasi dan memberikan manfaat yang baik untuk peningkatan ekonomi daerah maupun nasional,” tegas Tebe.
Sementara itu, Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor, menambahkan bahwa pemerintah daerah akan terus memberikan dukungan penuh dan pendampingan teknologi agar produk rumput laut yang ada menjadi terus berkualitas serta mempunyai nilai tambah dan bisa optimal ke depan sehingga bisa berkembang juga di desa-desa lainnya. “Kecamatan Jabon sebagai desa sumber devisa rumput laut. Maka dari itu, kami mendukung seperti program permodalan, dan fasilitas pengeringan sehingga bisa di scale up ke desa-desa lainnya. Dan tentunya bukan hanya dalam bentuk raw material namun produk yang memiliki nilai tambah dan nilai di pasar ekspor. Sehingga rumput laut sebagai penyumbang perekonomian di Sidoarjo bisa terwujud,” katanya.
Pasalnya, putaran ekonomi dari rumput laut di Kecamatan Jabon ini luar biasa yakni sekitar Rp2-3 miliar serta dampak multiplier effect luar biasa, sehingga 'virus' baik ini harus bisa menular ke daerah lainnya. Dengan terus meningkatkan mutu, serta peningkatan raw material sehingga produk rumput laut Sidoarjo ke depan makin baik lagi. “Kami ucapkan terima kasih kepada Menteri Kelautan dan Perikanan, Bapak Sakti Wahyu Trenggono, daerah kami telah disupport selama ini bahkan dicanangkan sebagai kampung budidaya rumput laut. Maka dari itu, kami pemerintah daerah dan masyarakat Sidoarjo optimis pengembangan kampung budidaya rumput laut di Sidoarjo akan berkembang dan kita semua akan terus berusaha dan tidak berhenti sampai di sini,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP), Situbondo Boyun Handoyo, mengungkapkan, Sidoarjo merupakan salah satu kabupaten yang menjadi wilayah kerja BPBAP Situbondo memiliki potensi untuk budidaya air payau yang cukup tinggi dibandingkan dengan daerah lain, yakni sebagai penghasil bandeng di wilayah Jawa Timur. Dan sekarang ini masif dikembangkan budidaya polikultur rumput laut bersama ikan bandeng dan udang sistem tradisional dalam 1 tambak. “Sidoarjo merupakan daerah yang sangat potensial baik untuk sektor perikanan budidaya air payau, salah satunya komoditas rumput laut sebagai komoditas yang berorientasi ekspor,” ungkapnya.
Dengan polikultur, tujuannya untuk menjaga keseimbangan lingkungan, mengurangi serangan munculnya penyakit, serta menambah pendapatan pembudidaya. Tentunya ini merupakan budidaya yang berkelanjutan sehingga pembudidaya nanti akan semakin meningkat perekonomiannya dari waktu ke waktu serta ramah lingkungan. “Ini sangat menarik makanya ini bisa ditiru di daerah lain karena memberikan nilai tambah yakni bisa panen rumput laut ditambah panen ikan bandeng dan udang,” ungkapnya lagi.
Untuk itu, ke depan BPBAP Situbondo akan mengembangkan bibit rumput laut untuk bisa melakukan recovery kualitas bibitnya dengan mengembangkan beberapa varietas rumput laut yang potensial dari beberapa daerah di Indonesia. Selain benih ikan dan udang untuk polikultur, diberikan juga bantuan pendampingan teknologi untuk peningkatan produktivitas ke depannya. Mengenai bantuan, pada tahun 2022 ini sudah disalurkan berupa bantuan benur 3,5 juta kepada 3 Pokdakan di Kecamatan Jabon. “Pendampingan teknologi budidaya rumput laut dengan sistem polikultur akan tetap terus kita lakukan, harapannya hasilnya bisa lebih maksimal lagi. Sehingga sektor kelautan dan perikanan yang ada di Sidoarjo mampu memberikan stimulus pendapatan masyarakat dan roda perputaran dan peningkatan ekonomi daerah,” paparnya.
Sedangkan pembudidaya rumput laut, Mustofa, menqmbahkan, budidaya rumput laut sangat mudah, sekali tebar bisa panen terus-menerus, minimal panen awal 3 bulan, selanjutnya setiap bulan bisa panen terus. Keuntungan panen pun sangat luar biasa dan bisa mengangkat perekonomian pembudidaya di:sini. “Kita budidaya rumput laut paling enak, hanya sirkulasi air dan pemupukan, biaya produksi tidak banyak, tapi menguntungkan sekali. Selain itu mampu menyerap tenaga kerja, mulai dari produksi budidaya sampai pasca panen,” katanya.
Adapun produksi rumput laut di Kecamatan Jabon antara 200 – 500 ton per bulan pada luas wilayah tambak kurang lebih 750 hektare. Produknya lalu dikirim ke Kabupaten Malang, Surabaya Legundi, Wonoayu Sidoarjo. “Untuk pangsa pasar kami tidak kesulitan, sudah kami distribusikan ke berbagai kabupaten dengan harga bervariasi ada yang Rp7 ribu, ada Rp6 ribu tergantung kualitas,” katanya lagi.
Untuk itu Mustofa pun menyebutkan bibit kultur jaringan dari UPT DJPB merupakan bibit unggul dan adaptif sehingga produktivitas menjadi lebih tinggi. Dan mudah disinergikan dengan budidaya ikan seperti bandeng. “Kami berharap melalui budidaya rumput laut Gracilaria dapat meningkatkan pendapatan masyakat pembudidaya di daerah kami dan menambah devisa negara melalui ekspor produk rumput laut,” tandasnya.
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono menyampaikan pencanangan kampung budidaya rumput laut yang merupakan program terobosan KKP ini diyakni dapat mendukung optimalisasi peningkatan kesejahteraan masyarakat pembudidaya di daerah. “Saya datang ke Sidoarjo di tempat budidaya rumput laut Gracilaria yang rencananya akan kita jadikan suatu model (budidaya) yang tujuan nya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat," ujar Menteri Trenggono.
HUMAS DITJEN PERIKANAN BUDIDAYA